Mudik itu sebenarnya budaya kita sebagai orang Indonesia, budaya yang membuat kita selalu ingat akan keluarga di kampung halaman.
Moment Lebaran kali ini saya melihat banyak yang lembur di kampus supaya target kerjaan atau tugas bisa selesai sebelum mereka mudik. Perjuangan mereka untuk mudik sebenarnya bukan di situ saja, karena beberapa waktu sebelumnya mereka sudah berjuang saving money supaya bisa berbagi di hari raya nanti, dan bisa membeli oleh-oleh untuk sanak saudaranya. Mencari tiket untuk mudik juga butuh perjuangan, banyak yang sering kehabisan tiket dengan harga normal sehingga mau tak mau mesti beli tiket harga Lebaran yang dua hingga tiga kali lipat lebih mahal. Yang mudik dengan kendaraan pribadi juga tidak selalu mudah. Tahun-tahun sebelumnya mereka selalu berjuang dengan macetnya jalan menjelang hari Lebaran. Bersyukur karena tahun ini jalan toll sudah banyak yang bisa digunakan sehingga tidak ada lagi cerita macet berjam-jam (begitu yang saya baca dari report teman-teman yang mudik).
Bagaimana dengan Natal?
Natal seharusnya juga jadi moment penting bagi kita yang merayakannya untuk mudik dan kumpul bersama keluarga. Bukan hanya di Indonesia ya, bangsa Eropa (khususnya orang Jerman yang saya amati pola hidupnya selama bertahun-tahun) selalu memanfaatkan Natal untuk berkumpul bersama keluarga. Yang masih single biasanya mudik ke rumah orang tuanya, yang sudah berkeluarga pasti bleib zu haus dan merayakan Natal sederhana sesuai budaya mereka: masak dan makan bersama, buka kado Natal, main game di meja makan (ah saya kok lupa nama game ini ya, padahal sering main tiap kali diundang Natal ke rumah supervisor).
Saya mengamati belakangan ini banyak orang Kristen di Indonesia ini yang justru lebih senang bepergian kalau Natal tiba. Shopping ke Singapore, trip ke Australia, dan ada juga yang katanya ingin merasakan white Christmas di Eropa. Sayang sekali, moment yang seharusnya dipakai untuk berkumpul dan bersuka cita dengan keluarga malah diabaikan karena tergiur tiket promo liburan Natal ke negara A, B, atau C...
Bagi yang masih ada orang tua, sempatkanlah untuk pulang; peluk dan temani mereka ngobrol, pastikan bahwa mereka dalam keadaan yang baik dan tercukupi meski kita jauh. Bagi yang sudah tidak ada lagi orang tuanya, tetaplah pulang karena masih ada sanak saudara yang juga menanti. Don‘t ever forget your roots, the family where you come from!
Surabaya, 14 Juni 2018
—writing in the middle of doing house chores and finishing my proposal 😅