Wednesday, April 23, 2008

Deo digunduli :)



Tgl 20 April kemarin adalah hari yang bersejarah buat Deo. Bukan hanya karena pada hari itu dia genap 8 bulan, tapi karena pada hari itu juga dia digunduli (untuk pertama kalinya).

Sejak Deo lahir, orang2 banyak yang kasih saran supaya dia digunduli antara umur 1-3 bulan. Alasannya supaya rambut bawaan lahir bisa langsung habis dan diganti dengan rambut baru. Selain itu, katanya kalo bayi digunduli bisa lebat juga rambutnya.
Tapi karena berbagai alasan juga, maka kami gak sempat2 juga menggunduli Deo. Yaa karena kami masih sibuklah, atau pas Deo lagi ada undangan pesta (gini2 Deo termasuk banyak teman di RT yang suka ngundang loh kalo mereka ultah, hehehe), dll...
Sampai kemarin itu, pas Deo ulang bulan ke-8, pas kami juga gak terlalu sibuk, dan pas Deo lagi gak sibuk menghadiri pesta2 ultah, jadi deh dia digunduli...
Sekedar diketahui ya, butuh waktu 3 hari untuk benar2 menggunduli Deo. Sekali lagi: 3 hari! Dari tgl 20-22 April, Deo 'dikerjain' tiap sore sebelum mandi :)
Susah sekali ternyata menggunduli dia pada umur segini, dimana dia lagi aktif2nya. Segala upaya dilakukan supaya dia bisa diam, tapi gak bisa lama... Saya jadi semakin paham kenapa bayi sebaiknya digunduli pada saat mereka masih berumur 1-3 bulan.
Tapi syukurlah akhirnya beres juga :) Silahkan dinikmati fotonya, tampak samping dan tampak depan. Oya, yang menggunduli dia tuh mamanya loh... *menepuk dada bangga*

Friday, April 11, 2008

ASI vs Susu Formula

Beberapa waktu yang lalu, di sebuah milis yang saya ikuti, sedang dibahas tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi minimal enam bulan pertama. Para member jadi ramai membandingkan berapa lama anak mereka dapat ASI, ada yang pas enam bulan, ada yang sembilan bulan, setahun, bahkan sampai dua tahun. Semakin lama ASI diberikan, maka akan semakin baik perkembangan si anak: anak jadi pinter, kebal sama penyakit, dst, dst...

Pro dan kontra antara pemberian ASI dan susu formula juga bermunculan. Ada satu pendapat yang menyiratkan bahwa pertumbuhan bayi yang (hanya) diberi susu formula oleh ibunya tidak akan sebaik bayi yang memperoleh ASI eksklusif. Saya yang hanya jadi pengamat setia (hanya ngikutin diskusi tanpa berani berkomentar), jadi sedikit teriritasi membaca postingan itu. Kenapa? Deo, anak saya yang saat ini berusia 7.5 bulan sudah tidak lagi minum ASI, hanya mengandalkan susu formula dan makanan pendamping. Beberapa teman dekat tentu tahu betul alasannya...
Sampai akhirnya seorang mentor (yang sudah sangat senior) menuliskan bahwa ASI ataupun susu formula, bukan itu yang terpenting dalam membesarkan anak, tetapi keharmonisan dalam rumah tangga dan bagaimana mendidik anak, itulah yang sangat menentukan. Kombinasi dari nutrisi yang diberikan pada anak, ditambah dengan atmosfer dalam rumah dan lingkungan pergaulan, dan didikan dari orang tua, itulah yang nantinya akan membentuk si anak.

Saya pribadi sangat setuju dengan tulisan si mentor ini. Bukan karena menemukan alasan untuk membenarkan diri saya, tapi karena saya sendiri mengalami apa yang dibagikan si mentor ini.
Mendidik Deo, mengajarkan dia setiap hal, mengenalkan dia pada benda2 asing, menolong dia melakukan sesuatu yang belum bisa dia kerjakan sendiri, membentuk dia menjadi anak yang takut akan Tuhan, sambil tetap menjaga keharmonisan dalam rumah (hubungan dengan suami, pembantu, dll), bukanlah perkara yang mudah. Perlu banyak doa, hikmat, kesabaran, dan airmata...

Saya cuplikkan sebagian dari isi email si mentor, yang dia tuliskan berdasarkan prinsip2 Kristiani, tapi saya rasa baik untuk dibaca oleh semua ibu... Semoga berguna!

***********
dear teman-teman sesama ortu,

dari pengamatan saya, tampaknya anak sehat (jasmani dan rohani) itu adalah hasil sinergi dari faktor berikut:
1. SUSU FORMULA + kasih sayang ortu+'anugerah dan rancangan Tuhan untuk anak itu' = anak sehat
2. ASI + kasih sayang ortu+ 'anugerah Tuhan dan rancangan Tuhan untuk anak itu' = anak sehat

karena ASI maupun penggantinya sudah tersedia, maka faktor kasih sayang orangtua dan pemahaman tentang anugerah dan rancangan Tuhan sangat menentukan pertumbuhan dan arah masa depan anak. kasih sayang orangtua disini maksudnya adalah keharmonisan hubungan orangtua, yang tentu saja sangat ditentukan oleh prinsip yang dianut oleh orangtua dalam hal hubungan suami-isteri. Kalau suami mengasihi isteri walau bagaimanapun isterinya dan isteri tunduk total kepada suaminya walau bagaimanapun suaminya **deleted**, maka atmosfir keluarga Kerajaan Allah akan dirasakan oleh si bayi/anak sehingga akan menghasilkan suasana kondusip untuk tumbuh sehat (jasmani dan rohani).

contoh: dua hari lalu di KL saya baca di koran setempat yang melaporkan adanya seorang anak jenius umur 14 tahun hingga dapat beasiswa masuk perguruan tinggi paling top di Inggris ('MIT' nya Inggris). ceritanya anak itu ditemukan polisi melarikan diri dari orangtuanya dan tidak mau kembali ke rumah, alasannya adalah rumahnya bersuasana seperti neraka karena kedua orangtuanya sangat menuntut, tidak harmonis dan ambisius mendidik dengan cara yang membuat anak tertekan.
teman sekolah anak saya, melarikan diri dari sekolah, karena merasa tertekan, padahal anaknya pandai dg IQ > 125, karena stressnya dia tidak bisa mengerjakan satu soalpun ulangan atau ujian hariannya, tampaknya ortunya sangat menuntut dirinya untuk berhasil di sekolah itu.

kalau kita balik, jika kita paham betul akan anugerah Tuhan dan rancangan Tuhan untuk anak itu dan kita sebagai orangtua memberi suasana kasih sayang/keharmonisan, maka walau ASI tersendat dan duit pas-pasan untuk beli susu formula atau susu sapi kaleng, anak akan dijamin tetap sehat, karena Tuhan yang berdaulat atas masa depan anak itu. jadi, mari kita mencemaskan tentang hubungan harmonis ortu dan pemahaman akan anugerah Tuhan dan rancanganNya, sehingga kita cukup 'confident' dalam soal makanan dan sekolah anak-anak kita.

**deleted**
***********