Wednesday, May 30, 2007

Hidup kembali

Setelah melalui berbagai proses yang cukup berbelit2, akhirnya Senin kemarin rumah kami sudah punya fix-lined. Dan yang lebih asik lagi, mulai hari ini kami sudah bisa konek internet. Yippie!
Berasa hidup kembali deh :) Danke Gott!

Tuesday, May 22, 2007

Mimi lan Mintuna

Satu lagi novel si penulis mbeling, Remy Sylado, terbit. Mimi lan Mintuna, diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) pertama kali pada Maret 2007.
Kali ini Remy mengangkat kisah yang saat ini sedang banyak dibicarakan, kisah perdagangan perempuan Indonesia ke luar negeri. Satu yang menjadi ciri khas dari novel2 Remy adalah objek penderita dia biasanya seorang wanita yang berasal dari kaum marjinal, yang harus berjuang melawan kerasnya hidup, dan akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang (dari situasi yang berat). Seperti itu jugalah novel Mimi lan Mintuna ini.

Indayati, wanita beranak satu yang berasal dari Gunungpati, Ungaran, diperdaya oleh sindikat pedagang perempuan internasional. Kehidupan rumah tangga Indayati yang sangat menyedihkan membuat dia harus pergi meninggalkan Gunungpati dan akhirnya sampai ke Manado. Di Manado inilah dia bertemu dengan para sindikat itu. Meski sejak awal dia sudah menolak untuk terlibat dalam pembuatan film di Bangkok yang diiming-imingi oleh sindikat itu, tapi nasib membawanya ke sana juga. Di Bangkok dia dipaksa menjadi model dan bintang film porno sekaligus pemuas nafsu lelaki hidung belang.

Adapun Petrus, yang di kampungnya lebih beken dengan nama Petruk, adalah suami Indayati yang selalu memperlakukan Indayati dengan kasar (baca: menyiksa). Selain itu, Petruk juga dikenal sebagai preman kampung yang selalu memalak uang dan miras dari warung2 di sekitar rumahnya. Hal ini membuatnya dibenci oleh penduduk kampung, bahkan ada yang sampai menyewa pembunuh bayaran untuk menembak mati si Petruk. Dasar untung, si Petruk ternyata lolos dari maut. Tapi kondisi ini juga yang membuat si preman ini akhirnya bertobat dan bertekad mencari istrinya hingga ke ujung bumi untuk menebus sikapnya yang selama ini selalu menyia-nyiakan istrinya.

Cerita yang tampaknya biasa saja, tapi menjadi luar biasa karena Remy yang nulis :) Remy memang selalu pandai memikat pembaca dengan bahasa2 dan pemilihan kata2nya yang khas. Gaya bahasa kenes ala koran sungguh jauh dari novel2 dia :) Cara penulisan dia juga progresif, tidak pake alur mundur, bikin novel ini jadi terasa 'ringan'. Belum lagi sentilan2 manis ala Remy terhadap performance pejabat dan aparat keamanan di negeri ini (dan juga di Thailand) membuat novel ini makin menarik.

Judul novel ini juga bikin saya penasaran. Di bagian awal, 'Mimi lan Mintuna' hanya sekali disebutkan. Jadi sepanjang membaca buku itu, saya terus2an mencoba menarik satu kesimpulan tentang arti harfiah 'Mimi lan Mintuna'. Tapi gak dapet2 juga :) Di akhir cerita, lewat petuah2 mertua Indayati, Remy akhirnya berbaik hati menjelaskan artinya.
Mimi adalah unam, sejenis siput laut. Mintuna adalah belangkas, sejenis ketam berekor. Mimi dan Mintuna adalah dua hewan yang berbeda jenis tetapi mereka bisa hidup rukun dan damai di pesisir pantai. Kalau Mimi hilang atau mati, Mintuna akan terus mencari dan menunggunya. Jika ternyata dia tidak berhasil menemukan Mimi, dengan sengaja dia membiarkan dirinya mati di pasir pantai...

Yang agak mengganggu mata saya ketika membaca novel ini adalah beberapa kata dituliskan tidak mengikuti standar2 EYD. Seperti ketika Remy menuliskan 'laki-laki' sebagai 'lakilaki'. Beberapa kali saya juga merasa kurang nyaman dengan penulisan awalan 'di' yang menurut saya kurang tepat. Kadang Remy seperti kepleset membedakan bagaimana menuliskan 'di'+tempat (sebagai preposisi) dan 'di'+kata kerja (sebagai imbuhan). Tapi bisa dimaklumi, masih cetakan pertama soalnya. Mungkin setelah ini akan ada revisi sebelum cetakan keduanya diterbitkan.

Ehh, atau sayanya aja yang terlalu soktaw kali yee... Iya sih, saya kan juga masih belajar :)

Tuesday, May 15, 2007

Togamas dekat rumah

Ada yang menarik yang baru aku ketahui sejak tinggal di kawasan kampung rumahku. Rumahku ternyata dekat sekali dengan toko buku Togamas. Yes!!
Mungkin karena lokasi rumah kami itu dekat sama beberapa kampus besar seperti UBAYA (ini mah tinggal lompatin jalan gede di depan komplek) dan UK Petra (cuman 12 menit pake kendaraan pribadi), makanya Togamas sampe buka cabang khusus deket kampus2 itu dan menyebut dirinya: Togamas Kampus.

Alhasil, sebagai seorang yang lagi 'break' panjang (untuk memperhalus bahasa aslinya: pengangguran), jadilah saya orang yang kayaknya paling sering nongol dan nongkrong di Togamas. Seminggu sekali main ke situ, sekali main bisa milah-milih buku sampe 2 jam. Makanya petugas2nya jadi apal sama tampang saya :) Belum lagi kalo pas lagi musim diskon kayak sekarang ini, buku2 terbitan Gramedia diskon 20%-25%, kalo terbitan KPG diskon 25%-30%. Hmm, perempuan mana sih yang gak suka sama diskonan? Saya yang lagi kere aja bisa langsung beli 3-4 buku :)

Sore2, sambil leha2 di sofa rumah, di atas meja sudah ada segelas teh dingin nan segar plus high-calcium-cookies, dan sambil dengerin music (biar bayi saya juga bisa ikutan nyante), mulailah saya membabat habis buku2 itu.
Begitulah kehidupanku saat ini. Sedap nian, bukan?

Wednesday, May 09, 2007

Dari ngidam sampai ke UGD

Sudah jadi rahasia umum kalo tiga bulan pertama masa kehamilan adalah saat2 yang berat. Pusing, mual, dan berbagai kondisi morningsickness lainnya adalah hal yang harus diakrabi. Belum lagi kalo sudah mulai ngidam yang aneh2. Duh, jadi wanita hamil itu gak gampang loh...

Mungkin saya cukup beruntung karena sejak awal kehamilan saya gak ngerasain morningsickness dan ngidam yang aneh2. Memang sih di bulan ke-2 sempat pusing, mual, dan (maaf) muntah2 selama beberapa hari, tapi itupun karena dipicu oleh penyakit maag saya. Selebihnya, saya fine2 aja tuh. Teman2 malah pada heran, ada orang hamil tapi gak kayak orang hamil :) Kalo mereka mau main ke rumah, pasti telpon dulu dan tanya saya mau dibawain makanan apa. Karena saya emang gak pengen apa2, ya saya bilang apa adanya saja. Makin heranlah mereka.

Ada yang bilang kalo ngidam itu hanya mitos saja. Ada pembimbing rohani saya malah yang bilang kalo ngidam itu menandakan bahwa sang istri kurang perhatian dari suaminya :)
Ibu saya adalah orang pertama yang protes berat waktu saya bilang begitu. Katanya dulu waktu beliau hamil anak2nya, beliau gak pernah kekurangan perhatian, tapi tetap aja ngidam2. Dan karena banyak yang gak keturutan, beliau sampe jadi kurus. Beliau juga bilang kalo ngidam itu emang beneran ada, sudah kodrat alam, dan bukan mitos belaka. Iya deh, kalo ngomong sama nyokap saya ngalah aja...

Sekitar dua minggu yang lalu, waktu itu kandungan saya masuk minggu ke-22, tiba2 saja saya kepengen jajan pasar. Apa aja, pokoknya pengen kue2 tradisional yang gak ada di supermarket.
Akhirnya suami nganter ke pasar. Karena pengen banget, saya sampe ngeborong banyak kue2 itu: kue koci2, kue lumpur, kue cucur, dll (namanya aneh2 ya, tapi rasanya sungguh tak ada duanya). Sampe rumah langsung saya makan dengan rakusnya, hahaha. Seneng dan puas banget rasanya. Inikah yang disebut ngidam?

Besok paginya, mulailah malapetaka itu. Tiba2 saja saya merasa mules, benar2 sakit perutnya, rasanya seperti melilit gak karuan. Saya sampe beberapa kali harus bolak-balik ke belakang. Karena sudah gak tahan, akhirnya telpon dokter keluarga dan disaranin buat minum New Diatabs (katanya itu obat diare yang paling aman dan gak pengaruh ke bayi). Belum juga semenit minum obatnya, saya jadi muntah. Terus dan terus muntah...
Karena sudah lemes banget, suami akhirnya bawa saya ke RS. Sampe di RS, saya langsung dirujuk ke UGD (Unit Gawat Darurat). Duh, kebayang gak sih gimana rasanya lagi hamil gini tiba2 harus masuk RS, ke UGD lagi.
Di UGD saya harus cek darah dan diinfus karena kehilangan banyak cairan. Waktu itu yang saya pikirin cuman bayi saya aja. Meski perut melilit dan merasa mual, saya masih bisa berdoa supaya bayi saya gak kenapa2. Sedih dan nyesal banget karena kerakusan saya sehingga saya sampe harus mempertaruhkan bayi saya. Mungkin kedengarannya terlalu hiperbolik, tapi bener deh waktu itu saya takut sekali dan merasa gak akan bisa maafin diri saya kalo sampe bayi saya yang kenapa2.

Puji Tuhan, malamnya kondisi saya membaik dan dokter akhirnya memperbolehkan pulang (tapi tetep harus kontrol). Besoknya saya kontrol ke dokter keluarga dan diingatkan untuk gak jajan sembarangan. Untungnya lagi dokter bilang bayinya gpp, lah wong masih aktif gerak2 kok :) Saya sih pengennya langsung kontrol ke dokter kandungan saya. Sayang waktu itu dia lagi cuti dan jalan2 ke LN.

Wednesday, May 02, 2007

Singkong Keju Meletus

Kemarin siang di salah satu stasiun tv swasta, dalam acara Wisata Kuliner, ditampilkan salah satu jajanan baru yang saat ini lagi ngetrend di Bandung. Namanya Singkong Keju Meletus (SKM).
Waktu saya liat bentuk dan warnanya, saya langsung tau kalo ini jajanan asli Surabaya yang lebih dikenal dengan nama Pohong Keju. Trus pas diceritakan proses pembuatan, jadi makin yakin kalo ini jajanan yang sama. Lucunya, si produsen sekaligus penjual SKM ini mengklaim kalo dia yang pertama ngejual makanan ini di Bandung. Ha! Pertama di Bandung tapi idenya dari Surabaya tuh... Jadi ceritanya itu orang Bandung nyontek nih yee :p

Tapi gpp kok. Kalo soal makanan, rasanya wajar2 saja kalo 'dicontek', apalagi kalo emang beneran enak, pasti makin banyak deh tiruannya. Waktu pertama kali pindah dari Bandung ke Surabaya (Jan 2000), di Surabaya waktu itu belum ada jajanan khas yang terkenal dari Bandung, misalnya kue Molen Kartika, atau batagor, atau pisang sale. Tapi saat ini, kalo pengen makanan2 itu, gak usah jauh2 ke Bandung, di Surabaya juga sudah banyak banget 'tiruannya'.

Balik ke SKM lagi nih. Kalo ada yang pengen coba bikin, gini nih caranya:
- Singkong muda (8-10 bulan) dikupas, diserut, dan dibersihkan. Trus dipotong2 dengan panjang 3-5 cm.
- Setelah itu singkong direbus setengah matang dalam air bersih.
- Setelah agak dingin, singkong direndam dalam air bumbu. Bumbunya: bawang putih yang banyak yang sudah dihaluskan (diblender) + garam secukupnya. Rendam singkong setengah matang ini sampe mulai memecah (meletus).
- Trus goreng deh sampe matang bener (sesuai selera, mau sampe gosong juga boleh :D).
- Siap dihidangkan.

Nah, kira2 gitu deh cara bikinnya. Ntar kalo ada yang sudah berhasil, tolong kasih tau saya ya. Soalnya saya juga belum pernah nyoba bikin, hihihi...

Trus, kenapa kok namanya pake 'keju' padahal bikinnya gak pake keju sama sekali? Karena setelah jadi, rasanya emang kayak ada kejunya. Mungkin efek dari bawang putih kali ya?!